Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kembali menghadirkan kuliah asyik dan menyenangkan bagi mahasiswanya dengan memperkenalkan dunia industri di bidang pertanian. Sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-58 FPB, kuliah tamu ini mengusung tema “Penerapan Smart Farming untuk Agroindustri Berkelanjutan” di Ruang Diplomasi GX 304, Jumat (28/02/2025).
Dekan FPB Dr. Ir. Bistok Hasiholan Simanjuntak, M.Si., menyampaikan kegiatan ini merupakan kesempatan emas untuk memberikan gambaran dan menyelami perkembangan pertanian di dunia industri khususnya perkebunan kelapa sawit. “Kami di bidang pendidikan pertanian tidak bisa lepas dari industri. Kuliah tamu ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk menambah wawasan mahasiswa terkait dunia industri,” ungkapnya.
Di sisi lain, koordinator kegiatan Dr. Maria Marina Herawati, S.P., M.P., menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini tidak hanya menambah dan memperluas wawasan mahasiswa, melainkan juga sebagai upaya untuk menciptakan suasana kuliah yang lebih menyenangkan. “Melalui kegiatan ini, mahasiswa bisa mendapatkan ilmu secara langsung dari praktisi di mana mereka tidak hanya menerima teori dari dosen saja,” jelasnya.
Kuliah tamu yang diikuti antusias oleh 80 mahasiswa FPB ini menghadirkan dosen praktisi di bidang industri perkebunan kelapa sawit sebagai narasumber tunggal yaitu Director PT. Sampoerna Agro Tbk, Dwi Asmono, Ph.D.
Sebelum memulai pemaparannya, Dwi Asmono menyampaikan apresiasinya kepada UKSW karena menganggap pertanian bukanlah bidang yang terpisah dari bisnis. “Saya sangat mengapresiasi kampus UKSW karena menggabungkan bidang pertanian dengan bisnis melalui Fakultas Pertanian dan Bisnis ini,” imbuhnya.

Kunci Strategi Bisnis
Gambaran evolusi sistem pertanian, mulai dari metode pertanian konvensional hingga modern membuka sesi paparan Dwi Asmono. “Sejak tahun 2000, agroindustri telah mengalami transformasi didorong oleh perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kelestarian, efisiensi, dan daya saing global,” paparnya.
Lebih jauh disampaikannya, terdapat delapan kunci strategi bisnis dalam smart farming yaitu melakukan analisis eksternal dalam menentukan pertumbuhan industri, inovasi yang didorong oleh teknologi, efisiensi biaya, menerapkan pertanian yang berkelanjutan dan regeneratif, perluasan vertikal dan urban farming, diferensiasi pasar dan branding, kolaborasi, serta menerapkan strategi keuangan dan investasi.
“Selain delapan strategi ini, ada hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan yaitu sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif,” jelasnya.
Tak kalah menarik, di akhir sesi, dosen praktisi pada mata kuliah Manajemen Terapan Produksi Tanaman (MTPT) di Institut Pertanian Bogor (IPB) University ini menyampaikan bagaimana penerapan pertanian cerdas di industri kelapa sawit. Revolusi industri menuju era 4.0 telah membawa perubahan yang signifikan terhadap dunia pertanian di mana ketepatan penggunaan sumber daya hayati dan non hayati dalam sistem produksi harus sesuai.
“Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan konsep pertanian presisi yang didukung oleh teknologi. Misalnya pemanfaatan drone untuk pemantauan dan kesehatan tanaman, penggunaan sensor IoT, dan mesin untuk memprediksi hasil panen,” pungkasnya.
Kuliah asyik bersama dosen praktisi ini mendapatkan tanggapan positif dari puluhan mahasiswa. Salah satunya Luna Yureka Restu mahasiswa Program Studi (Prodi) Agribisnis yang mengaku senang karena mendapatkan pengetahuan baru di luar mata kuliah yang ia pelajari di kampus. “Penyampaian narasumber yang lugas dan jelas memudahkan saya untuk memahami dengan baik materi yang disampaikan. Kuliah seperti ini seru dan tidak membosankan,” ujarnya.
Selain menggelar kuliah tamu, sebuah babak baru dalam kerja sama akademik antara FPB dan PT. Binasawit Makmur yang merupakan anak perusahaan PT. Sampoerna Agro Tbk, resmi dimulai. Hal ini diwujudkan dengan penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang penyelenggaraan penelitian dan magang oleh Dr. Ir. Bistok Hasiholan Simanjuntak, M.Si., dan Dwi Asmono, Ph.D.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 63 program studi di jenjang D3 hingga S3. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Melalui kegiatan ini, UKSW mengukuhkan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) SDG ke-4 pendidikan berkualitas dan ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan.
Salam Satu Hati UKSW! (Wiw_TimKomblik/foto:Wiw)





