Hendrawan Supratikno

DARI AKADEMISI MENJADI POLITISI



Dilahirkan dari keluarga pedagang kelas menengah, di sebuah desa kecil, di Kabupaten Cilacap, pada 21 April 1960. Baru setelah menginjak SMA, Hendrawan meninggalkan desanya, dan mulai hidup di Purwokerto. Setelah lulus SMA, masuk sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi (Red. sekarang Fakultas Ekonomika dan Bisnis) UKSW. Tercatat sebagai Angkatan 1978 dengan Nomor Induk Mahasiswa 2178060.

Hobi bacanya sejak kecil, dan tugasnya di SMA sebagai pengasuh koran dinding, membuat beliau langsung tertarik masuk sebagai anggota redaksi tabloid Gita Mahasiswa, dan menjadi Ketua Redaksi dan Penanggung Jawab tabloid tersebut untuk beberapa tahun. Gita Mahasiswa tercatat melahirkan wartawan yang cukup dikenal di tanah air, yaitu Irwan Julianto dan Bre Redana, keduanya bekerja di Kompas.

Begitu lulus dari UKSW, yang semula bermaksud ke Jakarta untuk bekerja di Majalah Tempo atas rekomendasi Dr. Arief Budiman (RIP 23 April 2020), direkrut sebagai dosen oleh Dekan FEB saat itu, Dr. John Ihalauw. Nasib baik memberi jalan lapang, karena baru mengajar beberapa bulan, mendapat beasiswa untuk studi MBA (Master of Business Administration) di Catholic University of Leuven, Belgia (1983-1986).

Sepulang dari studi magisternya, Hendrawan menduduki jabatan sebagai pembantu dekan, kemudian Dekan FEB UKSW. Saat pertama duduk sebagai Dekan, Desember 1989, namanya tercatat sebagai pemegang rekor MURI sebagai dekan termuda. Setelah menjalankan tugas struktural dua periode, melanjutkan studi doktoralnya di Vrije Universiteit Amsterdam (VUA) dan selesai pada November 1998.

Sepak terjangnya di Jawa Tengah menonjol ketika Hendrawan menjadi kolumnis Harian Suara Merdeka, menjadi wakil ketua Tim Pembentukan Bursa Efek/Galeri Efek Jawa Tengah (BEJT), inisiator Knowledge Club, dan Presiden IEU (Indonesia European University) Cabang Semarang.

Berkat relasinya yang cukup luas, Hendrawan kemudian mengambil opsi Cuti di Luar Tanggungan (CDT) dari UKSW dan memimpin Program Doktor (S3) di Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII, sekarang Kwik Kian Gie School of Business), Jakarta. Selain mengajar di IBII, Hendrawan juga mengajar di Program Doktor Manajemen Strategik di FEB UI.

 

Menjadi Legislator di Senayan

Jelang masa cuti lima tahunnya hampir berakhir, Hendrawan mendapat kehormatan dari Pak Taufiq Kiemas (RIP 8 Juni 2013), untuk maju sebagai calon legislatif pada Pemilu 2009, dari daerah pemilihan Jateng. Pak Taufik, suami dari Ibu Megawati Soekarnoputri, cukup mengenal sepak terjangnya  sejak 2004 aktif terlibat dalam kegiatan politik di Mega Center (sekarang Megawati Institute) bersama rekan-rekan akademisi seperti Cornelis Lay (RIP 5 Agustus 2020), Sri Adiningsih (RIP 17 Juni 2023), Arif Budimanta, Darmadi Durianto, Iman Sugema dan Nunung Nuryartono.

Dengan modal finansial yang sangat terbatas, secara mengejutkan terpilih sebagai anggota DPR. Lebih mengejutkan, baru dua bulan sebagai anggota, dipilih menjadi satu dari lima anggota Panitia Khusus Angket Bank Century dari Fraksi PDI-P, bersama empat seniornya, yaitu Gayus Lumbuun, Ganjar Pranowo, Maruarar Sirait dan Eva Kusuma Sundari. Hendrawan juga mendapat kepercayaan dari Puan Maharani, wakil ketua fraksi, untuk menjabat sebagai Ketua Poksi VI di Komisi VI. Hendrawan dikenal menjadi motor pembahasan sejumlah undang-undang, seperti UU Perdagangan, UU Perindustrian, UU Sistem Resi Gudang, dan UU Perdagangan Berjangka Komoditi. Sejak 2014, Hendrawan aktif di Komisi XI (Keuangan, Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan).

 

Tidak Lupa Jalan Pulang

Terpilih lagi pada Pemilu 2014 dan 2019, tak terasa Hendrawan sudah menjalani tiga periode keanggotaan di DPR-RI. Lebih dari sepuluh tahun banyak terlibat di Badan Legislasi DPR, sebelum Fraksi PDI-P memberi kepercayaan untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua BAKN-DPR (Badan Akuntabilitas Keuangan Negara). Di Badan Legislasi, misalnya, Hendrawan terlibat aktif dalam pembahasan UU Cipta Kerja (pembentukan undang-undang dengan metode omnibus yang mengundang pro-kontra secara luas).

Yang menarik, di tengah kesibukannya sebagai legislator, Hendrawan tetap aktif menjadi pembimbing disertasi di Universitas Pelita Harapan (UPH), Jakarta, dan sesekali menjadi pembimbing/penguji program Doktor di UI. Koleksi buku-bukunya tak kalah dibanding dosen penuh waktu, dan masih menyempatkan waktu untuk menerbitkan sejumlah buku.

Setiap ditanya, legislator yang pernah mendapat predikat sebagai Legislator Terbaik DPR pada 2018 ini, selalu menyampaikan, bahwa dirinya adalah akademisi-politisi, dan selalu menggunakan narasi dan argumentasi akademik dalam setiap kerja-kerja politiknya. Cukup banyak kalangan menyebutnya sebagai politisi senior dan cendekiawan PDI-P.

Bagikan di jejaring sosial: