Sebagai entrepreneurship research university, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) turut berpartisipasi dalam ajang sains bergengsi “Konvensi Sains dan Teknologi (KSTI)” di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Dago, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini. “Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Melalui Penguasaan Sains dan Teknologi” menjadi tema utama dalam forum strategis berskala nasional dan internasional ini.
Acara yang merupakan inisiatif Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ini mengundang ratusan rektor dari perguruan tinggi dan 1000 peneliti terbaik di Indonesia, menghadirkan para ilmuwan terkemuka, teknokrat, Chief Executive Officer (CEO) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta pengambil kebijakan. Kegiatan ini mempertemukan lebih dari 3000 peserta dari berbagai kalangan termasuk industri strategis nasional hingga pengambil kebijakan tertinggi.
Dalam konvensi terbesar yang pertama kali digelar di Indonesia tersebut, Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami, Dekan Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) Dr. Ir. Bistok Hasiholan Simanjuntak, M.Si., bersama empat mahasiswa Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer (FTEK) yakni Daya Sjahpoetro, Amadeo Wisesa, Moses Jaguar Ersaptiarso, Raffael Ezra Indrawan, hadir dengan antusias mewakili kampus. Keempat mahasiswa tersebut merupakan delegasi dari fakultas untuk melakukan observasi dan menyerap pengetahuan mengenai tren serta perkembangan teknologi terkini.
Keikutsertaan keempat mahasiswa dalam KSTI tahun ini merupakan kesempatan istimewa bagi mereka untuk terlibat langsung dalam setiap sesi yang diisi oleh jajaran kementerian, lembaga strategis, peraih nobel, hingga akademisi dunia seperti University of Singapore, Nanyang Technological University, dan Australian National University.
Mempertemukan Riset dan Inovasi
Saat diwawancarai secara daring pada Selasa (12/08/2025), Amadeo Wisesa mengaku bangga bisa terlibat langsung dalam acara yang mempertemukan riset inovasi dan ketegasan arah kebijakan negara. Bagi Amadeo, keikutsertaan mahasiswa FTEK dalam acara ini merupakan langkah proaktif dari fakultas untuk membawa kembali wawasan berharga yang relevan bagi kemajuan lingkungan akademik.
“Bisa terlibat langsung dalam forum KSTI 2025 ini memberikan kesan yang mendalam. Pengalaman ini juga membangkitkan sebuah kesadaran dan harapan baru untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga kontributor aktif dalam implementasinya di masa depan,” katanya.
Menurutnya, KSTI ini tak hanya sekadar memberikan pengetahuan teknis, melainkan juga memberikan sebuah paradigma baru dan pembelajaran paling fundamental dengan memberikan pemahaman bahwa inovasi lahir dari pergeseran perspektif dan kemauan untuk bereksperimen.
“Melalui sesi-sesi dengan para pembicara ahli, wawasan kami terbuka mengenai bagaimana inovasi teknologi tidak hanya tentang penciptaan, tetapi juga tentang strategi rekayasa dan keberanian untuk mengubah cara pandang konvensional,” terangnya.

Merumuskan Visi sebagai Tindak Lanjut
Amadeo menekankan sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini ia dan ketiga mahasiswa lainnya merumuskan sebuah visi untuk menginisiasi ekosistem inovasi yang lebih hidup di lingkungan UKSW. Rencananya meliputi dua pilar utama yaitu inisiatif Internal yang akan dimulai dari lingkup terdekat dengan membentuk kelompok studi atau proyek-proyek kecil untuk menerapkan gagasan dan memperkuat kolaborasi lintas fakultas.
“Kami bertekad untuk mendorong dan menjembatani kolaborasi antar-fakultas. Kami percaya bahwa sinergi dari berbagai disiplin ilmu adalah kunci untuk memacu lahirnya inovasi terbarukan yang lebih kompleks dan solutif. Kami yakin, dengan sumber daya dan talenta yang ada, UKSW memiliki kapasitas untuk menjadi pusat inovasi yang unggul,” pungkasnya.
Keikutsertaan UKSW dalam kegiatan KSTI ini merupakan salah satu komitmen kampus untuk berkontribusi dalam program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Berdampak yang selaras dengan Asta Cita 4 memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan. Selain itu, kegiatan ini juga menegaskan kiprah UKSW dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada poin ke-4 pendidikan berkualitas. Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.
Salam Satu Hati UKSW! (Wiw_TimKomblik/foto:istimewa)
BACA JUGA: https://uksw.my.id/uksw-pts-nomor-tiga-mahasiswa-berprestasi-nasional/