Dalam perjalanan panjang membangun peradaban ilmu dan iman, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kembali menandai tonggak penting dengan Bentang Karya, Gagasan dan Ekspose Talenta Unggul Profesor di Balairung Universitas, Kamis (6/11/2025). Kedua profesor baru tersebut yaitu Profesor Dr. Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom., sebagai Profesor dalam Ranting Ilmu Sistem Informasi Berbasis Model Komputer dan Pendeta Profesor Izak Yohan Matriks Lattu, S.Si-Teol., M.A., Ph.D., sebagai Profesor dalam Ranting Ilmu Sosiologi Lintas Agama.
Bentang Karya, Gagasan dan Ekspose Talenta Unggul Profesor yang berlangsung khidmat ini diawali dengan prosesi akademik yang dipimpin Kepala Campus Ministry, diikuti dua profesor baru, pimpinan universitas, profesor kehormatan, kepala lembaga penjaminan mutu, para dekan, serta jajaran guru besar UKSW. Langkah mereka diiringi dua tarian khas Maluku Tari Cakalele yang melambangkan keberanian dan kepahlawanan, serta Tari Lenso sebagai ungkapan keramahan dan sukacita.
Nuansa sakral semakin terasa saat Wakil Rektor Bidang Pengajaran, Akademik, dan Kemahasiswaan, Profesor Ferdy Rondonuwu, membacakan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia tentang pengangkatan jabatan akademik Guru Besar.
Puncak upacara diawali dengan pembacaan komitmen profesor sebagai bentuk sumpah moral untuk mengabdi pada kebenaran ilmiah dan kemaslahatan manusia, kemudian dilanjutkan dengan penyematan samir kehormatan oleh Rektor UKSW, Profesor Intiyas Utami, sebagai simbol peneguhan tanggung jawab akademik tertinggi yang berakar pada integritas, kearifan, dan kasih dalam pelayanan, serta peluncuran karya talenta unggul yang merepresentasikan dedikasi kedua guru besar bagi ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan iman.
Dalam sambutannya, Rektor Intiyas menyampaikan penghargaan mendalam kepada Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) serta mempersembahkan momen agung ini bagi dua sosok yang menginspirasi.
“Selamat atas pencapaian yang sangat membanggakan ini. Kami yakin perjalanan menuju gelar profesor bukanlah hal yang mudah. Setelah meraih gelar doktor, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, dan setelah menjadi profesor pun tantangan itu tidak terhenti. Jadilah profesor yang selalu rendah hati dan menjunjung tinggi kemuliaan Tuhan dan memegang teguh motto Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,” pesannya.
Rektor Intiyas juga menegaskan bahwa Bentang Karya, Gagasan, dan Ekspose Talenta Unggul Profesor ini bukanlah puncak perjalanan, melainkan permulaan dari karya-karya yang lebih besar bagi kemuliaan Tuhan, kemajuan ilmu pengetahuan, dan pengabdian bagi masyarakat serta bangsa.

Pionir Geo-AI Hybrid untuk Mitigasi Bencana
Profesor Yulianto Joko Prasetyo dikenal sebagai peneliti visioner yang menempatkan teknologi bukan sekadar alat, tetapi sarana penyelamat kehidupan. Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Satu Dekade Geo-AI Hybrid: Model Komputer Cerdas Identifikasi Kerentanan Gempa Tsunamigenik Menggunakan Citra Penginderaan Jauh dan Edukasi Mitigasi di Indonesia”, Profesor Yulianto menyingkap paradigma baru dalam pemanfaatan artificial intelligence untuk membaca tanda-tanda alam.
Melalui model Geo-AI Hybrid, ia menggabungkan sistem informasi geografis, pembelajaran mesin, dan data spasial untuk memprediksi potensi bencana secara lebih cepat dan akurat. Model ini telah diujicobakan dalam berbagai simulasi kebencanaan di wilayah rawan gempa dan tanah longsor di Indonesia.
“Kita tidak dapat mengendalikan bencana, tetapi kita dapat mengelola risikonya. Kecerdasan buatan dapat menjadi sahabat bagi kemanusiaan, bukan ancamannya,” ujarnya.
Selain aktif meneliti, Profesor Yulianto dikenal sebagai pembimbing bagi generasi muda peneliti UKSW dengan rekam jejak akademik mencakup puluhan publikasi internasional terindeks Scopus, paten di bidang pemodelan spasial, serta kolaborasi riset dengan lembaga pemerintah dan internasional.
Ia juga berperan sebagai Tenaga Ahli Smart City Kementerian Komunikasi Digital RI, mendampingi berbagai daerah seperti Tanjung Balai, Ngada, Tuban, dan Mojokerto, sekaligus menjabat Kepala Program Studi Pendidikan Profesi Guru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UKSW dan Sekretaris Forum Penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG) Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dedikasi dan integritasnya diakui melalui penghargaan nasional, di antaranya Insentif Karya Publikasi Internasional Dikti tahun 2013 dan Dosen Berprestasi LLDIKTI Wilayah VI tahun 2015.

Humaniora yang Menghidupi
Sementara itu, dari ranah humaniora dan teologi, berdiri sosok pemikir yang menjembatani iman, budaya, dan kemanusiaan, Pendeta Profesor Izak Yohan Matriks Lattu. Lulusan program doktor di The Graduate Theological Union yang berafiliasi dengan the University of California, Berkeley, ini dikenal dengan karya-karyanya yang menafsir ulang sosiologi agama melalui konteks budaya Indonesia.
Dalam orasi ilmiahnya bertajuk “Jadi Katong Pung Tampa di Mana Gandong: Teks Tanpa Tinta dan Inisiatif dari Pinggir dalam Konstruksi Sosiologi Lintas Agama di Indonesia”, peraih peringkat 1 Dosen Academic Leader dalam bidang Sosial Humaniora pada LLDIKTI Wilayah VI tahun 2024 ini menguraikan bahwa kehidupan beragama di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks sosial dan narasi kultural. Ia mengajak dunia akademik untuk berpikir melampaui sekat-sekat teologis menghadirkan ilmu sosial yang menghidupi, bukan menghakimi.
“Sosiologi agama Indonesia bukan hanya mempelajari relasi antar iman, tetapi merayakan keberagaman sebagai rahmat. Inilah kontribusi ilmu yang lahir dari tanah yang kaya akan narasi, musik, dan kemanusiaan,” ungkap guru besar yang pernah menerima Dissertation Writing Scholarship di Harvard University ini.
Pendeta Profesor Izak Lattu dikenal sebagai tokoh yang vokal dalam gerakan lintas agama dan dialog perdamaian. Ia aktif di berbagai forum nasional dan internasional, seperti Vice-Chairperson dari Asia-Pacific Theological Union, Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Asesor Association for Theological Educations in Southeast Asia (ATESEA). Ia juga menulis banyak karya yang diakui di dunia akademik global, termasuk dalam jurnal bereputasi dan buku-buku kajian interreligius.
Sebagai Dekan Fakultas Teologi UKSW periode 2022–2027, Pendeta Profesor Izak dikenal luas di dunia akademik internasional. Ia pernah menjadi Visiting Professor di Rutgers University, serta anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) tahun 2024. Dalam satu dekade terakhir, ia menerbitkan karya-karya monumental, antara lain Rethinking Interreligious Dialogue (Brill, 2023), Click-Holy Communion dalam Routledge Handbook for Sociology and Christianity (2023), Hybrid Religious Festivity as an Interreligious Civil Sphere in Central Java (IJAC, 2025)
Bentang Karya, Gagasan dan Ekspose Talenta Unggul Profesor ini turut dihadiri oleh Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) Profesor Dr. Thomas Suyatno, Ketua Pembina YPTKSW Profesor Dr. Thomas Pentury, M.Si., pengurus YPTKSW, tamu profesor kehormatan, keluarga profesor baru, forkopimda, serta pimpinan, tenaga kependidikan dan mahasiswa UKSW.
Melalui Bentang Karya, Gagasan dan Ekspose Talenta Unggul Profesor ini dua profesor baru ini, UKSW menegaskan kontribusinya terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 Pendidikan Berkualitas, SDGs 9 Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDGs 16 Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh. Serta sejalan dengan Asta Cita Presiden poin ke-3 tentang transformasi ekonomi berkelanjutan dan poin ke-5 mengenai pembangunan manusia unggul, produktif, dan berkarakter, Asta Cita poin ke-7 penguatan karakter kebangsaan serta kerukunan antarumat beragama. Salam Satu Hati UKSW!
