“Bentang Karya, Gagasan dan Ekspose Talenta Unggul Profesor” dihadirkan oleh Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) belum lama ini di halaman depan Balairung Universitas. Pameran ini menampilkan karya unggulan dari para profesor, yaitu Profesor Dr. Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom dan Pendeta Profesor Izak Yohan Matriks Lattu, S.Si-Teol., M.A., Ph.D. Karya-karya unggulan yang dipamerkan, disajikan dalam bentuk panel pameran yang berisikan karya ilmiah beserta penjelasannya, dilengkapi dengan informasi karya buku yang dihasilkan, serta dokumentasi aktivitas akademik serta profesional yang disusun secara rapi dan menarik. Pameran yang menciptakan suasana inspiratif bagi para civitas academica.
Pameran bentang karya menjadi ruang apresiasi sekaligus inspirasi tentang kontribusi nyata para profesor bagi dunia akademik dan masyarakat melalui inovasi serta dedikasi di bidang keilmuan dan pelayanan. Para tamu undangan dapat melihat langsung berbagai karya ilmiah, buku, dan dokumentasi kegiatan akademik yang telah dihasilkan oleh kedua profesor. Pameran ini tidak hanya menampilkan capaian akademik, tetapi juga menunjukkan bagaimana karya-karya tersebut memberikan dampak positif bagi masyarakat dan dunia pendidikan.
Profesor Dr. Sri Yulianto Joko Prasetyo: Inovasi Geo-AI Hybrid
Profesor Sri Yulianto Joko Prasetyo dikenal sebagai pelopor pengembangan model komputer cerdas (Geo-AI Hybrid) untuk identifikasi kerentanan kawasan terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami. Selama satu dekade terakhir, riset Geo-AI Hybrid berkembang pesat seiring transformasi digital di bidang mitigasi bencana Indonesia. Kecerdasan buatan dimanfaatkan untuk mengolah data penginderaan jauh berukuran sangat besar, baik dari satelit maupun drone, yang sebelumnya sulit dianalisis karena kompleksitas yang tinggi.
Profesor Sri Yulianto Joko Prasetyo menjelaskan bahwa risetnya berawal dari pengembangan Geo-AI Hybrid yang menjadi fokus utama pemerintah dalam lima tahun terakhir. “Seluruh proses riset itu semuanya bermula pada Geo-AI Hybrid,” kata Profesor Sri Yulianto. Ia menambahkan bahwa selain isu kekeringan, kini pihaknya bersama berbagai stasiun geofisika di Indonesia diminta membantu mitigasi bencana gempa dan tsunami. “Itulah inovasi yang kami persembahkan untuk negara dan masyarakat, karena negara yang membiayai riset ini,” ujarnya.
Beberapa karya unggulan yang dipamerkan antara lain informasi mengenai buku “SIGAP Siaga dan Tanggap: Buku Saku Mitigasi Gempa Bumi Tsunamigenik Siswa Pendidikan Dasar”, “Metode Hasil Penelitian Pengindraan Jauh”, serta “Analisis dan Interpretasi Data Pengindraan Jauh”. Selain itu, berbagai publikasi ilmiah hasil penelitiannya juga ditampilkan, seperti “Computer Model for Detecting Tsunami Wave Hazard on Built-up Land Using Machine Learning and Sentinel 2A Satellite Imagery” dan “GEO-AI HYBRID Computer Model for Detecting Tsunami Vulnerability Using Built-Up Indices from Satellite Imagery and Education Strategies”.

Pendeta Profesor Izak Yohan Matriks Lattu: Konstruksi Sosiologi Lintas Agama
Pendeta Profesor Izak Yohan Matriks Lattu dikenal sebagai sosok visioner di bidang sosiologi agama dan teologi. Risetnya menekankan pentingnya re-centering pengetahuan lokal dan re-affirming inisiatif dari pinggir sebagai dasar pembentukan sosiologi lintas agama yang lebih membumi. Melalui eksplorasi nyanyian tradisi mocopat, kapata, tide-tide, teks tanpa tinta orality, dan tindakan sosial masyarakat sipil, penelitian ini menawarkan perspektif sosiologi agama kultural yang menggali empati lintas batas dan kesadaran eksistensial antar agama.
Pendeta Profesor Izak Yohan Matriks Lattu menjelaskan bahwa keilmuannya yang dipamerkan dalam Bentang Karya merupakan bagian dari sosiologi lintas agama yang baru dikembangkan di Indonesia. Menurutnya, “Ini bagian dari sosiologi agama tapi baru ada di Indonesia karena kita baru kembangkan ini, dari kesadaran-kesadaran keindonesiaan kita, dari kehidupan-kehidupan bersama kita. Kita ternyata butuh sosiologi lintas agama.” Ia menegaskan bahwa bahasa teologi dan filsafat dari Barat saja tidak cukup. ”Kita membutuhkan suatu kehidupan bersama yang lintas agama, yang memungkinkan kita yang berbeda itu bisa hidup bersama, yang saling menghargai, dan itu saya kira menjadi basis keindonesiaan kita yang paling penting.” imbuhnya.
Beberapa karya unggulan yang dipamerkan antara lain buku “Sosiologi Lintas Agama Dekolonisasi Dialog Keyakinan, Teks Ingatan, dan Praksis Dari Pinggiran”, dan “Menolak Narasi Tunggal Diskursus Agama, Pluralisme dan Demokrasi”, serta berbagai publikasi ilmiah tentang pluralisme dan demokrasi. Selain itu, terdapat juga dokumentasi foto kegiatan akademik dan sosial, seperti foto bersama para pendeta, dosen, dan mahasiswa Fakultas Teologi UKSW, serta foto bersama tokoh-tokoh internasional seperti Profesor Noam Chomsky di MIT Kendall, MA, USA, dan Presiden B.J. Habibie di Harvard University.
Apresiasi dan Inspirasi
Pameran bentang karya ini menjadi ruang apresiasi sekaligus inspirasi bagi civitas academica dan masyarakat luas. Kontribusi nyata para profesor melalui inovasi dan dedikasi di bidang keilmuan dan pelayanan memberikan dampak positif bagi dunia akademik dan masyarakat. Acara ini juga menjadi momentum untuk memperkuat semangat keilmuan dan pelayanan di UKSW.
Acara “Bentang Karya, Gagasan dan Ekspose Talenta Unggul Profesor UKSW” tahun ini tampil dengan nuansa yang lebih spesial dan menjadi gelaran karya yang inspiratif. Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademik dan pelayanan UKSW, sejalan dengan misi pemerintah yang menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan akses teknologi. Raihan dua SK Guru Besar UKSW menegaskan komitmen universitas dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4 tentang pendidikan berkualitas, sekaligus memperkuat peran UKSW dalam mencetak talenta unggul yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (Arl_TimKomblik/foto:DivpromKomblik)