Bangga, konsorsium Pusat Unggulan Inovasi Batik-Tenun Creative Innovation Hub (BaTeCH), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mendapatkan hibah Program Hilirisasi Riset Prioritas (SINERGI) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) untuk periode tahun 2025-2026. Penelitian berdampak bagi Daerah 3 T (Termiskin, Terdepan, Terluar) di Indonesia yang merujuk pada wilayah di Indonesia dengan keterbatasan akses dan pembangunan yang kurang merata.
Penelitian ini yang diprakarsai oleh Dr. Ir Arianti Ina R. Hunga, M.Si., ini mengangkat judul “Hilirisasi Eco Ikat: Komersialisasi Tenun Ikat untuk Usaha Mikro-Kecil Berbasis Kekayaan Intelektual dan Ekonomi Sirkular di Sumba Timur”.
Inovasi ini lahir dari kerja sama Hexahelix yang melibatkan unsur univesitas, Pemerintah, Dunia Usaha dan Industri (DUDI), Profesional, Media, dan Lembaga keuangan (Bank). Adapun sejumlah fakultas di UKSW yang terlibat dalam konsorsium penelitian ini yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Sains dan Matematika (FSM), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM). Sementara itu dari lintas institusi terdiri dari Universitas Bina Nusantara (BINUS), Universitas Kristen Wira Wacana Sumba (UNKRISWINA).
Tak hanya dari kalangan akademisi, kolaborasi ini turut menggandeng pelaku usaha seperti PT. Lakumas, Parahita Craft, Indonesian Fashion Chamber, Asosiasi Pengrajin Tenun Ikat, Asosiasi Pengrajin Tenun Pahikung, serta Sekolah Tenun Sumba Timur. Dukungan juga datang dari pemerintah daerah Kabupaten Sumba Timur, Bank Mandiri, dan Media Suara Merdeka menjadi bagian dari kemitraan ini.
Membangun Ekosistem Inovasi
Sebagai paket kerja pertama dari pelaksanaan program, konsorsium penelitian ini menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Konsolidasi, Penguatan Model Bisnis, dan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) di antara Lembaga dan DUDI dalam Kolaborasi Hexahelix” di kelas tematik UKSW Satu Hati secara hybrid, belum lama ini. Turut hadir dalam kegiatan ini Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan UKSW Profesor Eko Sediyono.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menyatukan konsep, metodologi, dan praksis program hingga pembagian peran dalam bingkai work package antar anggota, lembaga, dan mitra dalam membangun ekosistem inovasi batik dan tenun yang berdampak nyata bagi komunitas perempuan pengrajin yang ada di Sumba Timur dan komunitas pendujungnya di Klaster Batik, Jawa Tengah.
Acara diawali pemaparan work package dari masing-masing anggota, dilanjutkan dengan sesi diskusi, dan diakhiri penandatanganan PKS oleh seluruh anggota konsorsium sebagai bentuk komitmen bersama dalam pelaksanaan program.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Ir Arianti Ina R. Hunga menyampaikan bahwa penelitian ini melibatkan berbagai pihak guna memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Ia menegaskan proyek ini bukan semata-mata tentang produksi atau penjualan kain, melainkan membangun narasi baru bagi tenun ikat Indonesia sehingga masyarakat luas dan sivitas akademika semakin memahami kain tradisional (Wastra Nusantara) sebagai identitas Indonesia.
Diceritakannya, sistem inovasi dalam karya ini dikembangkan menggunakan metoda participatory action research (PAR) dengan prinsip ekonomi sirkular berbasis kearifan lokal, penggunaan warna alam lokal, dan pemanfaatan limbah menjadi produk turunan bernilai tambah. Hilirisasi diperkuat oleh perlindungan kekayaan intelektual, model bisnis adaptif, dan strategi branding Eco Ikat.
“Karya ini tidak hanya sebatas untuk publikasi ilmiah, namun bagian utamanya adalah upaya bersama memberikan hak para pengrajin perempuan kain tenun ikat. Merekalah yang memiliki karya, kita membantu mengonstruksinya dengan pendekatan kekinian agar bisa diterima anak muda, dibagikan ke dunia, dan dirayakan sebagai selebrasi budaya,” ujarnya.
Dr. Ir Arianti Ina R. Hunga menekankan inovasi dengan memadukan nilai seni, riset, dan pemberdayaan ini ini juga menjadi gerakan sosial pemulihan bagi anak korban kekerasan seksual dan perempuan rentan. Hal ini juga menegaskan makna tenun sebagai simbol kekuatan, harapan, dan kehidupan yang berkelanjutan.

UKSW Kampus Berdampak
Di sisi lain, ia menceritakan bahwa inovasi ini juga mencerminkan karakter khas UKSW sebagai kampus berdampak. “Sejak awal berdiri, para pendiri kampus ini telah menanamkan semangat untuk menjadi radar serta memiliki kepekaan untuk menghasilkan karya berdampak untuk menolong mereka yang berada di daerah pinggiran dan rentan,” ujarnya dengan penuh antusias.
Lebih jauh disampaikannya, BaTeCH diinisiasi oleh UKSW sebagai bentuk komitmen dan kontribusi UKSW menghasilkan inovasi yang berdampak. Melalui kolaborasi teknologi, dan semangat pemberdayaan,Eco Ikat diharapkan mampu menjadi jembatan antara tradisi dan dunia modern yakni menghubungkan karya pengrajin lokal dengan generasi muda dan pasar global.
“Solusi yang ditawarkan adalah hilirisasi produk Eco Ikat sebagai satu paket inovasi dari hulu ke hilir berbasis kearifan lokal yang menerapkan prinsip sirkuler ekonomi dan kekayaan intelektual untuk daya saing dan keberlanjutan kain tenun,” beber Dr. Ir Arianti Ina R. Hunga.
Program penelitian hilirisasi bersama ini meninggalkan kesan mendalam bagi para DUDI. Salah satunya, Manager Parahita Craft Lela Dewi Prasasti, S.Pd., menuturkan bahwa program hilirisasi EcoIkat ini memberikan manfaat besar bagi DUDI. Menurutnya, program ini tidak hanya memberikan dampak bagi pengrajin perempuan di Sumba Timur, melainkan juga menolong para pengrajin yang mengolah produk turunan tenun ikat yang ada di Salatiga dan sekitarnya.
“Parahita Craft berperan dalam membantu proses pembuatan berbagai produk berbasis tenun ikat dari Sumba Timur. Bahkan, sisa bahan seperti limbah benang dan kain turut dimanfaatkan menjadi produk fashion bernilai tinggi, mulai dari pakaian hingga aksesori,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan salah satu kontribusi nyata UKSW untuk mendukung program Diktisaintek Berdampak yang selaras dengan Asta Cita ke-1 memperkokoh ideologi pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia, ke-3 meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur, ke-4 memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan, ke-6 melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, ke-6 membangun dari desa dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan serta ke-7 memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba.
Penelitian ini juga menegaskan kiprah UKSW dalam mendukung pencapaian SDGs, ke-4 pendidikan berkualitas, ke-5 kesetaraan gender, ke-8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, ke-9 industri, inovasi, dan infrastruktur, ke-12 konsumsi produksi yang bertanggung jawab serta ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan Tujuan (Partnerships for the Goals).
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 65 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.
Salam Satu Hati UKSW! (Wiw_TimKomblik/foto:Wiw)

BACA JUGA:
– https://uksw.my.id/inovasi-pembelajaran-savir-fkip-uksw-ai-ar-deep-learning/