Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kembali hadir dengan jejak dampaknya bagi masyarakat. Kali ini, UKSW menerima GENTING Award kategori Mitra Pentahelix Perguruan Tinggi pada “GENTING Collaboration Summit 2025” di Luwansa Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (10/12/2025).
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kembali menorehkan bukti kepeduliannya bagi masyarakat. Pada ajang GENTING Collaboration Summit 2025 yang berlangsung di Luwansa Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (10/12/2025), UKSW berhasil meraih GENTING Award Gold Level untuk kategori Mitra Pentahelix Perguruan Tinggi. Penghargaan bergengsi tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Dr. H. Wihaji, kepada Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami. Penghargaan ini menjadi ruang baru untuk mempererat kolaborasi dan memperluas praktik baik dalam upaya percepatan pencegahan dan pemulihan stunting di Indonesia.
Dalam forum yang mempertemukan kementerian, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi masyarakat, akademisi, hingga media ini, UKSW tampil sebagai perguruan tinggi yang meraih penghargaan Gold Level. Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami, menyatakan bahwa apresiasi tersebut menjadi bukti kepercayaan negara terhadap kontribusi kampus dalam menjalankan mandat kemanusiaan melalui kerja pentahelix yang berkelanjutan.
Ia mengungkapkan bahwa pada 2025, UKSW melakukan intervensi langsung bagi 20 anak stunting di Kota Salatiga melalui skema “kampus sebagai orang tua asuh”. UKSW menyediakan makanan bergizi harian, memberikan pendampingan psikologis bagi para ibu, dan memantau perkembangan anak bersama tenaga kesehatan keluarga (ASO). “Dari pendampingan tersebut, 16 anak berhasil keluar dari status stunting,” ujar Rektor perempuan pertama UKSW ini.
Rektor Intiyas juga menegaskan bahwa program ini tidak sekadar fokus pada pemenuhan gizi, tetapi mendorong perubahan perilaku keluarga. Mahasiswa dan dosen dari berbagai program studi terlibat dalam asesmen lapangan dan pendampingan keluarga, sekaligus memperkaya data lokal yang dibutuhkan pemerintah.
Ia menyebut tantangan terbesar adalah penolakan sebagian keluarga akibat rasa malu atau minimnya pemahaman terkait stunting. Karena itu, kolaborasi lintas sektor dinilai penting, termasuk dukungan kebijakan, peran aktif ASO, dan sinergi dengan perusahaan sekitar Salatiga. “Stunting selalu berkaitan dengan sanitasi, lingkungan, dan rantai pangan. Kerja sama dengan Kementerian PUPR menjadi langkah strategis untuk memperkuat intervensi,” tambahnya.
Diwawancara secara terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) sekaligus penggagas gerakan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) di UKSW, Dr. Sri Suwartiningsih, menyampaikan bahwa keberlanjutan program selama satu dekade menjadi fondasi utama yang membawa UKSW meraih Gold Level. Ia menjelaskan bahwa sejak 2015, UKSW bermitra dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) melalui rangkaian riset dan program pengabdian masyarakat.
Pada 2025, peran UKSW diperluas melalui pendampingan 20 anak stunting dengan dukungan pendanaan sebesar 54 juta dan pelibatan mahasiswa dari FISKOM, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK), dan Fakultas Psikologi. “Hasil pendampingan inilah yang kemudian menjadi dasar lahirnya program lanjutan seperti Smart Farming Anti Stunting yang mulai dibangun pada akhir 2025 dan berlanjut hingga 2026,” jelasnya.

Kolaborasi Selamatkan Generasi
Sementara itu, dalam sambutan dan arahannya, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Dr. H. Wihaji menegaskan bahwa penanganan stunting membutuhkan kerja bersama seluruh unsur pentahelix.
Stunting, menurutnya, hanya dapat dipulihkan sekitar 20 persen sehingga pencegahan menjadi kunci utama. Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi dari 19,8 persen menjadi 18,8 persen pada 2025, dan 14 persen pada 2029 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Menteri Wihaji memberikan apresiasi kepada seluruh mitra, termasuk perguruan tinggi seperti UKSW, yang berdiri di garda depan penyelamatan generasi.
Di sisi lain, Plt. Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat, Dra. Maria Ernawati, M.M., menambahkan bahwa program GENTING kini hadir di seluruh provinsi dan 512 kabupaten atau kota. Forum ini menjadi ruang konsolidasi lintas aktor untuk memperkuat tata kelola dan memastikan keberlanjutan komitmen semua pihak.
Ia juga menekankan bahwa perguruan tinggi berperan strategis dalam keberhasilan Program GENTING. Ia menyebut kampus sebagai mitra utama dalam riset, edukasi keluarga, dan penguatan relawan. “Dukungan akademisi sangat penting untuk mempercepat penanganan stunting,” ujarnya, seraya mengajak universitas terus memperluas kolaborasi di berbagai daerah.
Sejumlah lembaga turut menerima penghargaan GENTING Award, mulai dari PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I), PT Sinergi Gula Nusantara, Bank Jateng, hingga perusahaan swasta seperti PT Djarum, PT Tiga Pilar, PT Parkland World Indonesia, dan PT Nestlé Indonesia. Di antara mitra besar tersebut, UKSW berdiri sebagai representasi sektor akademik yang konsisten dan berkelanjutan.
Dengan raihan GENTING Award Gold Level ini, UKSW kembali meneguhkan komitmennya mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 2 yaitu tanpa kelaparan, SGDs 3 kehidupan sehat dan sejahtera, SDGs 4 pendidikan berkualitas, SDGs 6 air bersih dan sanitasi layak, dan SDGs 17 kemitraan untuk mencapai tujuan. Hal ini sekaligus menghidupi Asta Cita Presiden poin ke-4 dalam penguatan pembangunan manusia.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Salam Satu Hati UKSW! (Ish_TimKomblik/foto:Ish)
BACA JUGA: