SMP Kristen Satya Wacana resmi menutup rangkaian Bulan Bahasa 2025 bertema “Aku Indonesia” pada Jumat (31/10/2025). Penutupan ini sekaligus menjadi momen pengumuman para pemenang dari berbagai lomba bahasa dan seni yang diikuti oleh ratusan pelajar SD dan SMP dari Salatiga, Kabupaten Semarang, Ambarawa, hingga Ungaran.
Selama lima hari pelaksanaan, Bulan Bahasa menjadi ruang bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri melalui bahasa, budaya, dan kreativitas. Dalam atmosfer yang penuh semangat kebangsaan, peserta menunjukkan bakat terbaik mereka lewat kompetisi mendongeng, speech, newscasting, macapat, geguritan, hingga menulis aksara Jawa dan Hanzi.
Ketua Panitia, Devi Kristin W., S.Pd., M.Pd., mengungkapkan rasa syukurnya atas antusiasme peserta yang luar biasa. “Tahun ini tercatat sekitar 800 peserta dari 95 sekolah. Kami ingin kegiatan ini menjadi wadah anak-anak untuk mencintai bahasa, budaya, sekaligus belajar menghargai keberagaman,” tuturnya. Ia juga menambahkan, seluruh sistem pendaftaran hingga panduan lomba telah dilakukan secara digital sebagai bagian dari adaptasi terhadap era teknologi.
Dua Dekade Mengabdi untuk Bahasa
Kepala SMP Kristen Satya Wacana, Patrick Michael Rahardja, S.Si., menegaskan bahwa Bulan Bahasa bukan hanya kegiatan tahunan, tetapi tradisi dua dekade yang menumbuhkan karakter bangsa. “Bahasa adalah jembatan kebudayaan. Kami ingin anak-anak memahami bahwa mencintai bahasa berarti mencintai Indonesia,” ujarnya. Tahun ini, kegiatan tersebut juga dikaitkan dengan Dies Natalis ke-69 Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bertema “Tetaplah Berakar, Bertumbuh, dan Berbuah”, yang menjadi inspirasi bagi seluruh keluarga besar Satya Wacana.
Bagi para peserta, Bulan Bahasa menjadi pengalaman berharga yang tak terlupakan. Hana Hanifah, peserta newscasting dari SMP Negeri 2 Salatiga, mengaku bangga dapat tampil di hadapan banyak penonton. “Awalnya tegang sekali, tapi begitu di panggung saya ingin menunjukkan yang terbaik. Rasanya bangga karena bisa membawa nama sekolah dan belajar percaya diri,” ujarnya dengan senyum lega.

Sementara itu, Grace Michelle Zhang yang mengikuti lomba speech dari SMP Anak Terang, menyampaikan kesannya mengikuti Bulan Bahasa 2025. “Saya belajar bahwa berbicara di depan umum bukan hanya tentang kemampuan bahasa, tapi tentang menyampaikan pesan dengan hati. Lewat speech bertema ‘Aku Indonesia’, saya ingin mengingatkan bahwa cinta tanah air harus dimulai dari hal kecil,” ucapnya penuh semangat.
Apresiasi juga datang dari guru pendamping. Khotmawati Fajriyah, S.Pd., dari SMP Al-Azhar 18 Salatiga, menyebut kegiatan ini sebagai wadah pembelajaran yang berharga. “Anak-anak tidak hanya berlomba, tapi juga belajar disiplin, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan keberanian. Saya sangat mengapresiasi profesionalisme panitia. Semua tertata rapi dan memberi pengalaman positif bagi peserta,” ungkapnya.
Tampil Gemilang
Dari tingkat SD, para juara pertama tampil gemilang dengan kemampuan terbaiknya. Indah Ayuningtyas dari SD Negeri Blotongan 2 berhasil menyabet Juara 1 Lomba Mendongeng, memikat juri lewat cerita sarat pesan moral. Timothy Tirtadanu Tiwa dari SD Kristen Satya Wacana tampil percaya diri dan berhasil menjadi Juara 1 Lomba Speech, sementara Gisela Andini dari SD Virgo Maria 2 Bawen sukses meraih Juara 1 Lomba Mewarnai dengan karya warna yang cerah dan ekspresif. Di bidang seni suara, Carla Talishia Budianesta dari SD Kristen Satya Wacana turut menorehkan prestasi sebagai Juara 1 Solo Vocal Kelas 4–6, menutup suasana dengan lantunan vokal yang memukau.
Sementara di tingkat SMP, nama-nama terbaik juga lahir dari panggung Bulan Bahasa 2025. Artika Vanesya Putri dari SMP Negeri 2 Salatiga dinobatkan sebagai Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Indonesia, Mikhaella Kimberly Yonna Giam dari SMP Anak Terang meraih Juara 1 Lomba Speech, dan Loisa Cantyadira Wibisono dari SMP Kristen Tritunggal tampil mengesankan hingga meraih Juara 1 Lomba Solo Vocal. Tak kalah membanggakan, Mikhael Alvaro Kristiyanto dari SMP Negeri 1 Salatiga juga berhasil meraih Juara 1 Lomba Story Telling dengan penampilan yang hidup dan menggugah.
Kegiatan ini turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs ke-4 Pendidikan Berkualitas dan SDGs ke-11 Kota dan Komunitas Berkelanjutan, serta selaras dengan Asta Cita ke-4 Presiden RI tentang pengembangan sumber daya manusia unggul dan Asta Cita ke-7 tentang penguatan kebudayaan dan karakter bangsa.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. (Ish_TimKomblik/foto:Ron, istimewa)