Dance Ishak Palit

Melalui “Rumah Rakyat” Mendengar Inspirasi dan Responsif  

Dance Ishak Palit, S.Th.,M.Si. lahir di Luwuk Sulawesi Tengah adalah seorang politisi Indonesia yang merupakan politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Perjalanan hidupnya sebelum terjun kedunia politik penuh liku-liku.

Pertama kali Dance datang ke Salatiga pada tahun 1984. Keinginan yang besar untuk menempuh studi S1 di UKSW ternyata pupus oleh karena belum mampu secara finansial. Dance kembali ke Tomohon dan akhirnya mengambil studi S1 Teologi di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT). Setelah lulus S1, dengan keinginan untuk mengembangkan diri, Dance ingin melanjutkan S2. 

Awal cerita, Pak Sumartana (alm.) menjabat Plt Direktur program Pascasarjana (PPs) Sosiologi Agama UKSW datang ke Tomohon. Saat itu Pak John Titaley sebagai Direktur PPs sedang study di Graduate Theological Union (GTU), Berkeley USA. Pucuk dicinta ulam tiba, Pak Sumartana (alm.) menawarkan Dance untuk melanjutkan studi S2 di UKSW. Tahun 1992 Dance nekat ke Salatiga dengan modal uang hanya 200 ribu ingin melanjutkan studi S2 PPs AM – Program Pascasarjana Agama dan Masyarakat di UKSW. Selama studi Dance tinggal di asrama Kartini. Lulus S2 tahun 1997.

Tahun 1993 saat studi S2 dan sedang menulis tesis, Dance memiliki ide untuk membentuk program Pendidikan Kristen Jarak Jauh (PKJJ) bersama Wati Dewangga dan ibu Dien Nuhamara (almh). Proposal diajukan ke Pak Jhon Ihalauw (saat itu Rektor UKSW) dan anggaran awal yang dibutuhkan Rp.43 juta. Disetujui oleh Rektor. 

Latar belakang mendirikan PKJJ, saat itu Pak Willy Toisuta menjadi Rektor Universitas Terbuka. Belajar dari konsep Pak Willy lahirlah PKJJ. Dance melihat gereja-gereja pendukung UKSW banyak yang belum memiliki latar belakang teologia. Celah ini sebagai alasan kuat dibentuknya PKJJ (dogmatis, etika, praktika) dengan desain 3 level (dasar, menengah, lanjutan). Teknik pembuatan modul belajar dari Pak Gule (alm). PKJJ dibawah pengelolaan Fakultas Teologi. Semua tahapan PKJJ adalah system jarak jauh dengan mengirimkan modul-modul pembelajaran.

Dance bukan tipe sosok yang puas dengan yang sudah ada, terbukti beberapa pengalaman bekerja dan berorganisasi dijalani beliau. Tahun 1996-2001 Dance menjadi Sekretaris (1996-2001) dan Wakil Ketua (2001-2006) Pengurus Yayasan Bina Darma (Lembaga Pendidikan Generasi Muda Kristen) dan di tahun yang sama Dance juga sebagai anggota BPH YPTKSW (2001-2004) juga pernah menjadi Ketua Asrama Kartini. 

Dance merambah ke bidang lain yakni menjalin kerjasama project link and match antara universitas dengan lembaga-lembaga industry. Bermitra dengan PT Sigma Group (saat ini sudah dibeli oleh TELKOM), lahirlah PT Satya Sigma Salatiga (Salatiga Camp) di Jl Osamaliki. Dance menjadi General Manajer pertama di Salatiga Camp (2003-2007). Saat itu menjadi server terbaik di Indonesia. Salatiga Camp lebih ke training dan software development dan mengembangkan bahasa JAVA. 

Tahun 2009 Dance mulai masuk dunia politik. Ketika masuk PDIP, Dance masih aktifitas mengajar di UKSW. Dance menjadi anggota DPRD Kota Salatiga tahun 2014. Dance kembali menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Salatiga 2024-2029. Sebelumnya, Dance telah menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Salatiga 2019-2024. Karier politik hingga ke titik sekarang, dikatakan Dance ilmu saat studi telah dipraktikkan, teori sosiologi yakni membaca karakter, bagaimana membangun popularitas, acceptabilitas yang kemudian berpengaruh pada elektabilitas. 

Sejumlah upaya dilakukan Dance sebagai Ketua DPRD Kota Salatiga, Dance mengabdi, terbuka dan mendekatkan diri kepada masyarakat. Satu diantaranya yakni menyulap kantornya menjadi Rumah Rakyat. Tulisan ‘Rumah Rakyat” berukuran relative besar terpampang di depan teras kantor Dance, kantor DPRD Kota Salatiga. Warga bebas mengkases fasilitas di luar maupun dalam Gedung tersebut. 

Pesan untuk UKSW, 70% karakter Dance terbentuk karena UKSW. Termasuk kota Salatiga membentuk Dance. Softskill (kejujuran, kreatifitas, integritas) muncul dari UKSW. Kedepan UKSW harus memberi ruang betul pentingnya softskill. Suasana itu yang membangun kreatifitas. Apalagi secara kota, UKSW punya peran penting. Kampus UKSW bagian dari kota Salatiga. Warna UKSW adalah warna kota Salatiga. Pertahankan branding UKSW yang kuat sebagai kampus Indonesia mini dan kampus pluraritas. Pengetahuan tidak hanya yang diajarkan tetapi muncul dari UKSW yang memberikan suasana dan ruang untuk mengasah dan memberikan peluang berkembang. 

Bagikan di jejaring sosial: