Dari UKSW Menuju Dunia Jurnalistik Internasional
Joss Wibisono, alumnus Fakultas Ekonomi dengan program studi Ekonomi Pembangunan di UKSW, memulai perjalanannya sebagai penulis dan jurnalis dari kampus yang dikenal dengan kebebasan berpikir dan minim birokrasi. UKSW pada 1980-an, menurut Joss, adalah tempat di mana kebebasan berpendapat sangat dihargai, berbeda dengan banyak perguruan tinggi lain. Kebebasan ini tercermin dalam diskusi akademik dan pendekatan dosen yang mendorong mahasiswa berpikir kritis dan mandiri.
Selama di UKSW, Joss aktif dalam organisasi, terutama di Gita Kampus, medium kampus yang menjadi titik awal pengembangan dirinya dalam jurnalistik. Awalnya, ia hanya mengirim beberapa tulisan, tetapi keterlibatannya berkembang saat ia menjadi anggota redaksi. Ia juga menerjemahkan tulisan untuk jurnal Kritis. Aktivitas ini memberinya ruang untuk mengasah kemampuan menulis dan berpikir kritis, fondasi penting yang kelak membawanya pada karier internasional. Keterampilan menulis dan semangat kritis yang dikembangkan melalui diskusi dan kegiatan organisasi menjadi bekal utama Joss dalam menapaki dunia jurnalistik yang penuh tantangan.
Bimbingan para dosen UKSW, terutama almarhum Arief Budiman, berperan besar dalam membentuk cara pandang dan keterampilan menulis Joss. Arief Budiman, dosen yang disegani, menginspirasi Joss melalui diskusi intelektual dan membantu membuka kesempatan lebih luas. Perkenalan dengan aktivis dari kota-kota besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta, memperdalam pemahaman Joss tentang peran penulis dan jurnalis dalam masyarakat. Almarhum Arief Budiman juga yang membawa surat lamaran Joss ke Belanda, membuka jalan baginya untuk berkarier di Radio Nederland Siaran Indonesia.
Momen penting dalam perjalanan akademik Joss di UKSW adalah penulisan skripsi kritis tentang perusahaan-perusahaan milik keluarga Cendana. Pada masa itu, topik ini sangat sensitif dan jarang dibahas secara terbuka, tetapi UKSW memberikan kebebasan bagi Joss untuk meneliti dan menyelesaikan skripsi tersebut tanpa hambatan. Pengalaman ini mengajarnya untuk selalu bersikap kritis dan berani menghadapi isu-isu penting, sikap yang terus ia bawa dalam karier jurnalistiknya.
Setelah lulus, Joss melanjutkan kariernya dalam bidang jurnalistik dengan menjadi penyiar di Radio Nederland Siaran Indonesia di Hilversum, Belanda, sebuah kesempatan yang terbuka berkat dukungan Arief Budiman semasa hidupnya. Di Radio Nederland, Joss mengembangkan kariernya dari penyiar menjadi editor, hingga akhirnya menjabat sebagai editor senior. Dalam posisinya ini, Joss tidak hanya mengedit berita tetapi juga memimpin tim dalam menghadapi isu-isu sensitif, seperti plagiarisme, dengan kepemimpinan yang tegas namun adil.
Meski mencapai posisi puncak dalam kariernya, Joss tetap mencintai dunia berita. Ia memilih berhenti sebagai editor setelah sepuluh tahun dan kembali fokus pada pemberitaan sebagai redaktur senior. Bagi Joss, kepemimpinan sejati dalam jurnalistik bukan hanya soal mengelola tim, tetapi juga membuat keputusan yang tepat saat genting, menjaga integritas berita, dan melindungi kredibilitas organisasi. Ia juga tetap aktif menulis, dengan beberapa tulisannya dipublikasikan di media besar seperti Tempo dan cerpennya muncul di situs web sastra Kalam.
Dalam Dies Natalis ke-68 UKSW, Joss Wibisono menyampaikan pesan penting bagi civitas academica: “Belajarlah berpikir dan bertindak kritis selama bermahasiswa, karena itu bukan hanya tugas mahasiswa tetapi juga dosen. Hanya dengan sikap kritis, UKSW akan terus menjadi lembaga pendidikan yang berpengaruh.”
Pengalaman belajar dan berkarya di UKSW dengan segala kebebasan dan bimbingan yang diterimanya, membawa Joss pada perjalanan panjang di jurnalistik internasional. UKSW bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ladang subur bagi pengembangan pemikiran kritis yang membawa pengaruh luas hingga ke panggung internasional. Dengan bekal dari UKSW, Joss Wibisono membuktikan bahwa pendidikan yang menghargai kebebasan berpikir dapat melahirkan individu yang menginspirasi dunia.