Sebagai perguruan tinggi Kristen yang berlandaskan iman dan ilmu pengetahuan, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) untuk pertama kalinya menggelar seminar nasional “Science and Sovereignty of God” di Balairung Universitas, baru-baru ini. Kegiatan yang diinisiasi oleh Campus Ministry ini diikuti 1.115 peserta yang terdiri dari mahasiswa baru peserta Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) 2025, civitas academica UKSW, guru Sekolah Kristen Satya Wacana, serta khalayak umum.
Dalam sapaan hangatnya, Kepala Campus Ministry UKSW Pendeta Ferry Nahusona, M.Si., menuturkan bahwa seminar nasional ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai Satya Wacana yang berlandaskan moto UKSW dalam Amsal 1:7a yaitu “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”.
“Dasar terselenggaranya seminar nasional ini adalah moto UKSW yang melahirkan empat pilar dasar yakni sovereinitas, normativitas, aktivitas, dan sosiabilitas. Selain itu, acara ini juga sesuai dengan tema OMB dan Dies Natalis ke-69 UKSW,” imbuhnya.
Pendeta Ferry Nahusona menegaskan UKSW sebagai lembaga pendidikan tinggi Kristen yang menekankan pentingnya integrasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan iman, topik acara ini relevan untuk dikaji bersama dalam forum seminar dialogis.
Di samping itu, ia menerangkan bahwa kegiatan ini juga didukung oleh berbagai pihak yakni panitia OMB 2025 dan kemitraan dengan salah satu alumni UKSW Ir. Rene Indiarto Widjaja, Ph.D., selaku CEO PT Epsindo Prima Solusi.
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Kedaulatan Tuhan
Seminar nasional ini menghadirkan pembicara tunggal Pendeta Jimmy Pardede, M.A., M.Th., dari Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) Karawaci yang mengupas tuntas tentang hubungan ilmu pengetahuan dan kedaulatan Tuhan. Di awal penjelasannya, Pendeta Jimmy Pardede mengajak para peserta untuk belajar dari Abraham Kuyper, seorang teolog, negarawan, dan jurnalis Belanda yang dikenal dengan gagasannya tentang sovereignty of God.
Dijelaskannya, Abraham Kuyper menekankan seluruh aspek kehidupan berada di bawah kedaulatan Tuhan, tidak hanya urusan gereja atau agama, melainkan juga ilmu pengetahuan, politik, pendidikan, seni, dan budaya. “Tuhan adalah pencipta seluruh isi bumi. Kedaulatan-Nya dinyatakan dengan cara yang berbeda-beda agar semua orang mengenal Dia, di antaranya melalui bidang yang kita tekuni,” jelasnya.
Lebih jauh dipaparkannya, science adalah wujud pewahyuan dan cara untuk memahami Tuhan melalui ciptaan-Nya baik lewat alam, bacaan, hingga fenomena kehidupan sehari-hari. “Jika seseorang ingin mengagumi kebesaran Tuhan, ia dapat menyelidikinya melalui ilmu pengetahuan seperti tertulis bahwa langit menceritakan kemuliaan Tuhan,” jelasnya.
Di akhir pemaparannya, Pendeta Jimmy Pardede mengajak ribuan peserta untuk mencintai bidang yang mereka tekuni saat ini. “Saya berharap bidang apapun yang Anda ambil sekarang baik mahasiswa maupun pekerja temukan the beauty of your subject. Biarkan kalian menemukan keunikan di setiap bidang pengetahuan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan,” paparnya.

Wujud Pendasaran Iman
Seminar nasional ini diapresiasi positif oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan, Infrastruktur, dan Perencanaan Priyo Hari Adi, Ph.D. Menurutnya, acara yang dilandaskan pada pilar dasar UKSW ini sangat menarik untuk dibahas bersama-sama dan diharapkan membuka ruang diskusi yang memberikan pengalaman berharga bagi semua peserta.
“Di era kecerdasan buatan, teknologi, dan pengetahuan yang berkembang pesat ini kita harus menyadari dan menghargai kedaulatan Tuhan. Seminar ini merupakan wujud dasar iman dengan takut akan Tuhan guna menghasilkan ilmu yang dapat diamalkan bagi sesama,” ungkapnya.
Seminar nasional perdana ini berhasil membuka wawasan baru bagi ribuan peserta. Saat dijumpai seusai acara, Dyah Kusumawardhani, S.Pd., Guru Sekolah Dasar (SD) Kristen Satya Wacana mengaku acara ini memberikan pengalaman berharga tentang hubungan ilmu pengetahuan dan kedaulatan Tuhan.
“Apa pun yang kita lakukan sesungguhnya terhubung dengan Tuhan, tidak hanya di gereja saja. Sebagai guru, tugas saya bukan hanya menyampaikan materi di kelas, melainkan juga mengajarkan para siswa untuk menyadari kedaulatan Tuhan dalam hidup mereka,” bebernya.
Di sisi lain, mahasiswa baru peserta OMB dari Fakultas Teologi Dorce Domakubun mengaku senang bisa terlibat menjadi peserta dan mendapatkan wawasan baru dari seminar nasional ini. Baginya, seminar nasional ini sangat menarik karena mendalami ilmu pengetahuan sekaligus kedaulatan Tuhan. “Di sini saya belajar ternyata keduanya bisa berjalan beriringan, tidak perlu dipandang sebagai sesuatu yang saling bertentangan,” ujar mahasiswa asal Maluku ini.
Seminar nasional ini merupakan kontribusi nyata UKSW dalam mendukung program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Berdampak yang selaras dengan Asta Cita 4 memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, dan pendidikan. Acara ini juga menegaskan kiprah UKSW dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), ke-4 pendidikan berkualitas dan ke-17 kemitraan untuk mencapai tujuan. Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai “Creative Minority” yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat.
Salam Satu Hati UKSW! (Wiw_TimKomblik/foto:Wiw)
