Setiawan Subekti

Budayawan Kopai : Surga Dalam Secangkir Kopi Indonesia

Once Brew, We Bro (sekali seduh kita bersaudara), adalah kalimat andalan Ir. Setiawan Subekti atau akrab disapa Pak Iwan yang namanya mendunia lewat kecintaan dan keahliannya sebagai tester kopi. Alumni Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW angkatan 1977 ini tercatat sebagai tester kopi kelas dunia yang dimiliki Indonesia. Ia sering diundang ke berbagai belahan dunia untuk mencicipi kopi dan menjadi juri kontes festival kopi dunia. Setiap tahun, Iwan berkeliling dunia untuk menjadi juri dalam berbagai kontes kopi. Dari Brazil, Kolombia, Amerika Serikat, Jepang, Vietnam, Malaysia dan Singapura. Bahkan ketika ia berada di salah satu daerah Vietnam, ia didapuk menjadi tester untuk memperbaiki kualitas kopi negara produsen kopi terbesar kedua di dunia tersebut.

Mencintai Kopi dan Nguri – uri Budaya Banyuwangi

Iwan menekuni kopi sejak tahun 1980. Kecintaannya dengan kopi tumbuh karena dulunya ia tinggal di lingkungan perkebunan kopi. Awal karirnya di dunia kopi sempat diragukan oleh orang-orang disekitarnya bahkan banyak tantangan yang telah dihadapi. Iwan terinspirasi menjadi tester kopi karena pada waktu itu Indonesia belum mengenal kualitas kopi yang baik sehingga pembeli dari luar negeri sering komplain terhadap kualitas kopi Indonesia. Iwan menjadi salah satu tester kopi Internasional dari Indonesia yang tercatat sebagai Member of Speciality Coffee Association of America sejak 1995. Iwan berkeliling dunia untuk menemukan cita rasa kopi terbaik dan ia temukan cita rasa tersebut pada kopi Indonesia. Selama menjadi tester kopi, ia mendapatkan dan menemukan kopi dengan beragam aroma dan cita rasa. Ia mengaku bahwa kopi Indonesia dikagumi di luar negeri, dan kita patut berbangga akan hal tersebut. Kiprahnya dalam dunia kopi membuat Pemkab Banyuwangi menggunakan Kopi sebagai trademark kotanya. Kopi dan Banyuwangi memiliki catatan historis dimana Banyuwangi adalah salah satu kota yang dipilih Belanda untuk menanam kopi di pulau Jawa, dan saat ini masih banyak kebun kopi peninggalan Belanda di Banyuwangi. Iwan juga menjadi salah satu penggagas acara sangrai kopi masal yang melibatkan 270 peserta dan masuk kedalam rekor MURI.

 

Selain berdampak lewat kopi, Iwan pun dikenal juga sebagai pelestari budaya asli Banyuwangi. Kecintaannya pada budaya setempat membuatnya berupaya nguri-uri budaya suku Osing, suku asli Banyuwangi. Iwan membangun Sanggar Genjah Arum di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah yang kental dengan budaya suku osing hingga sering disebut dengan Museum Osing. Kini tempat itu menjadi salah satu destinasi wisata di Banyuwangi. Sanggarnya dibangun dengan konsep rumah adat Osing hingga ke interiornya. Di sanggarnya, Iwan juga menyuguhkan berbagai jenis kopi dan yang teristimewa adalah Kopai Osing yang merupakan produk kopi khas suku Osing otentik buatannya. Dinamakan Kopai Osing karena warga asli Banyuwangi terbiasa mengucap kata berakhiran “i” menjadi “ai” sehingga Iwan memberi sebutan Kopai Osing untuk kopi tersebut. Menikmati suasana minum kopi ditemani dengan penampilan budaya membuat sanggar ini memiliki daya tarik tersendiri. Pelanggan kopinya berasal dari berbagai kalangan, dari turis asing, pejabat pemerintahan hingga pemilik pabrik kopi dari berbagai negara. Kopai Osing dicintai oleh penikmat kopi lokal hingga internasional. Iwan saat ini sedang berusaha untuk menghidupkan kegiatan pemrosesan kopi dari hulu (pekebun kopi) dengan meningkatkan kualitas tanaman kopi serta pasca panen yang baik dan benar, karena menurutnya 60% persen kualitas kopi ditentukan di kebun,  30% ditentukan waktu roasting ( sangrai ) 10% waktu proses penyeduhan sedangkan saat ini pemrosesan kopi hanya ramai di hilir (roastery, coffee shop, pelatihan barista). 

 

Baginya, bekerja keras harus berkualitas, bukan hanya kuantitas, perlu terus update dengan informasi terkini, upgrade diri dengan iman, moral dan perilaku, serta jadi manfaat untuk lingkungan dimana kita berada. Semua ini merupakan ajaran dari ayahnya Bapak (Alm) S. Adi Kardono, serta para Dosennya yaitu Bapak (Alm) FX Sugandhi dan Bapak (Alm) Nurhadi Adam yang terus ia pegang hingga saat ini.

Bagikan di jejaring sosial: