Sumanto Al Qurtuby

Menembus Batas Akademik dan Sosial di Kancah Internasional

Sumanto Al Qurtuby adalah seorang tokoh intelektual dan cendekiawan Muslim yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Sebagai alumni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), ia membuktikan bahwa dedikasi, semangat belajar, dan keberanian berpikir kritis dapat membawa kontribusi signifikan bagi dunia. Perjalanan intelektual Sumanto dimulai dari madrasah dan pesantren berafiliasi Nahdlatul Ulama di Pekalongan dan Semarang, kemudian melanjutkan studi S1 di bidang Hukum Islam di IAIN (sekarang UIN) Walisongo, Semarang, pada awal 1990-an. Sejak masa kuliahnya, Sumanto menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap dunia tulis-menulis dan kajian kritis persoalan sosial-keagamaan. Karya-karyanya dipublikasikan di Majalah Justisia dan Jurnal Ilham, serta sejumlah media massa seperti Kompas dan Suara Merdeka.

Selepas dari IAIN, Sumanto melanjutkan studi S2 di Program Magister Sosiologi Agama, Fakultas Teologi, UKSW. Pilihan untuk melanjutkan studi di UKSW bukan hanya karena kedekatannya dengan Semarang, tetapi juga untuk mempelajari agama dari sudut pandang ilmu sosial (sosiologi dan antropologi) serta teologi. Tesis S2-nya, yang mendapatkan penghargaan dari Global Ministries of the Netherlands, membahas kontribusi komunitas Tionghoa dalam penyebaran Islam di Jawa pada abad ke-15 dan 16. Tesis ini dianggap memberikan perspektif baru dalam studi sejarah keagamaan dan keislaman di Nusantara dan kemudian dibukukan, menerima apresiasi dari banyak cendekiawan ternama di Indonesia dan mancanegara, termasuk Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Claudine Salmon, dan Kong Yuanzhi.

Setelah menyelesaikan studi S2, Sumanto melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat di Eastern Mennonite University untuk studi konflik dan perdamaian, kemudian di Boston University untuk gelar doktor di bidang antropologi agama. Disertasi doktoralnya, yang meraih penghargaan prestisius dari National Science Foundation (USA), membahas peran agama dalam konflik dan perdamaian di Maluku. Setelah meraih gelar doktor, ia menerima tawaran dari University of Oxford dan University of Notre Dame sebagai postdoctoral scholar di bidang “Religion and Global Peacebuilding.” Kemudian, ia memutuskan untuk bergabung dengan King Fahd University of Petroleum & Minerals di Arab Saudi sebagai dosen, sambil tetap aktif sebagai peneliti tamu di sejumlah universitas internasional.

Sejak menyelesaikan studi doktoral, Sumanto mulai aktif di kancah akademik global, sering diundang sebagai pembicara dalam seminar dan konferensi bergengsi di berbagai universitas seperti University of Oxford, University of Florida, Harvard University, Cambridge University, dan National University of Singapore. Dalam setiap kesempatan, ia tidak hanya menyampaikan pemikiran dan analisisnya, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam diskusi akademik dengan para pakar internasional.

Minat riset dan akademik Sumanto mencakup berbagai isu sosial-keagamaan, termasuk radikalisme agama, hubungan antaragama, dan studi keagamaan secara umum, baik di Asia Tenggara, Timur Tengah, maupun kawasan lainnya. Ia telah menulis lebih dari 40 buku, baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, antara lain Terrorism and Counter-terrorism in Saudi Arabia and Indonesia (Palgrave, 2022), Saudi Arabia and Indonesian Networks: Migration, Education, and Islam (Bloomsbury, 2020), dan Religious Violence and Conciliation in Indonesia (Routledge, 2016). Selain itu, Sumanto juga telah menerbitkan lebih dari 30 artikel ilmiah di berbagai jurnal internasional dan menjadi penulis kolom rutin di Deutsche Welle, Kompas, Jakarta Post, dan Media Indonesia.

Selain kontribusinya di dunia akademik, Sumanto aktif menjalin kerja sama penelitian dengan berbagai universitas dan lembaga internasional mengenai isu-isu seperti peran Islam dalam globalisasi dan hubungan antaragama di dunia Muslim. Ia juga terlibat dalam kegiatan konsultasi baik dengan pemerintah maupun organisasi non-pemerintah mengenai deradikalisasi, kontra-terorisme, moderasi beragama, pluralisme agama, dan kebudayaan Nusantara. Pemikiran-pemikirannya yang kritis dan konstruktif telah membantu upaya pemerintah Indonesia dan berbagai stakeholders dalam menanggulangi radikalisme dan intoleransi. Sumanto juga mendirikan Nusantara Institute pada tahun 2018, sebuah lembaga riset yang fokus pada studi kesenian, kebudayaan, dan keagamaan lokal Nusantara, menunjukkan komitmennya terhadap perubahan sosial. Melalui Nusantara Institute, Sumanto berkomitmen untuk meneruskan gagasannya kepada cendekiawan muda yang diwujudnyatakan melalui Nusantara Academic Writing Award (NAWA) yang diselenggarakan secara rutin tiap tahunnya sejak 2019 hingga kini. NAWA dibuat untuk mendukung penulisan disertasi dan tesis yang sejalan dengan nilai-nilai yang dipegang Nusantara Institute.

Bagikan di jejaring sosial: