Dalam sejarah panjang perkembangan ilmu prasejarah, nama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) kini terpatri sebagai tuan rumah utama International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences (UISPP) 2025. Rabu (05/11/2025), kongres ilmiah dunia ini resmi ditutup, menandai berakhirnya sepuluh hari perhelatan sains, kebudayaan, dan kolaborasi global yang menyatukan lebih dari 39 negara di Salatiga.
Dengan mengusung tema besar “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development”, konferensi ini menghadirkan refleksi mendalam tentang bagaimana sains, warisan budaya, dan pembangunan saling terjalin dalam satu mata rantai keberlanjutan peradaban manusia. Sejak dibuka pada 27 Oktober 2025 lalu, kegiatan ini menjadi ruang dialog antara masa lalu dan masa depan, tempat para ilmuwan lintas disiplin dari arkeologi, paleontologi, genetika, geologi, hingga seni rupa dan ilmu komputer bertemu, berdiskusi, dan meneguhkan kolaborasi ilmiah yang melintasi batas negara dan budaya.
Jembatan Ilmu dan Warisan
Dalam sambutan penutupnya, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian UKSW Profesor Yafet Yosafet Wilben Rissy, menyampaikan rasa bangga atas kepercayaan dunia akademik yang diberikan kepada UKSW.
“Kami tidak memiliki departemen arkeologi formal, namun selama dua dekade UKSW telah bekerja sama dengan para ilmuwan terkemuka dan lembaga-lembaga internasional. Kami percaya pengetahuan tumbuh ketika dibagikan, dan warisan budaya hanya akan hidup ketika dijaga bersama,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa keberhasilan penyelenggaraan UISPP 2025 merupakan hasil dari kerja kolektif seluruh komunitas akademik, pemerintah, dan masyarakat yang berkomitmen pada kemajuan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
“Semoga komitmen kita terhadap warisan dan kemanusiaan menjadi cahaya yang menuntun langkah kita menuju masa depan yang lebih bijak dan penuh kasih,” tambahnya dalam nuansa reflektif di penghujung acara.

Presiden UISPP, Profesor Jacek Kabaciński, dalam sambutan penutupnya menyampaikan apresiasi tinggi atas kualitas ilmiah dan partisipasi inklusif dalam kongres ini. “Diskusi-diskusi di Salatiga memperlihatkan tingkat keilmuan yang luar biasa, terutama dengan banyaknya peneliti muda yang berperan aktif. Ini merupakan pertanda baik bagi masa depan ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Jacek Kabaciński juga menyoroti pengalaman berharga para peserta ketika berkunjung ke Situs Sangiran, yang menunjukkan keterhubungan nyata antara ilmu pengetahuan dan kehidupan masyarakat. “Warisan arkeologi bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi bagian hidup dari masyarakat masa kini. Keterlibatan publik dan mahasiswa UKSW menunjukkan bagaimana sains dapat berdialog dengan kehidupan,” tambahnya.
Sinergi Ilmuwan dan Kebudayaan
Sementara itu, Dr. Dirk Brandherm menekankan bahwa keberhasilan kongres ini merepresentasikan arah baru dalam peta arkeologi dunia. Menurutnya, penyelenggaraan UISPP di Indonesia menjadi simbol pergeseran pusat kajian prasejarah dari Eropa menuju Asia, khususnya Asia Tenggara yang menyimpan jejak penting perjalanan manusia awal.
“Dengan semangat keterbukaan dan kolaborasi lintas batas, kita membangun mosaik pengetahuan global tentang asal-usul manusia. UISPP di Salatiga adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan dan kemanusiaan dapat tumbuh berdampingan,” ujarnya.
Kegiatan ini turut menampilkan berbagai sesi penting seperti The Upcoming UISPP World Congress yang dipresentasikan oleh Iwona Sobkowiak-Tabaka, dan The Upcoming IPPA Conference oleh Anggraeni. Dalam Official Closure Session, hadir pula Profesor Harry Widianto dan Profesor François Sémah sebagai moderator utama, bersama para tokoh nasional seperti Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Herry Yogaswara, Perwakilan Kementerian Kebudayaan S.T. Prabowo, serta Wakil Dekan Fakultas Interdisiplin UKSW Titi Susilowati Prabawa, S.Pd., M.A., Ph.D., dan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UKSW, Ir. Ferry Karwur, M.Sc., Ph.D. Seluruhnya menyepakati bahwa kongres ini tidak hanya mengukir prestasi akademik, tetapi juga mempererat jejaring kemanusiaan lintas bangsa.
Malam penutupan di D’Emmerick Hotel menjadi perayaan penuh kehangatan. Dalam irama musik, kuliner, dan tawa persahabatan, para ilmuwan dunia merayakan keberhasilan bersama, sekaligus meneguhkan niat untuk terus menumbuhkan kolaborasi lintas disiplin dan lintas budaya.
Penyelenggaraan UISPP 2025 di UKSW menjadi wujud nyata komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin SDGs 4 pendidikan berkualitas, SDGs 11 kota dan komunitas berkelanjutan, dan SDGs 17 kemitraan untuk mencapai tujuan. Melalui kolaborasi lintas disiplin dan bangsa, kegiatan ini sekaligus merefleksikan implementasi Asta Cita Presiden Republik Indonesia, terutama cita ke-5 tentang pembangunan kebudayaan yang berkepribadian dalam kebhinnekaan serta cita ke-6 tentang pembangunan manusia unggul dan berdaya saing. Salam Satu Hati UKSW! (Ish_TimKomblik/foto:Des)