Membawa UKSW Menjadi Rumah Intelektual yang Dipercaya
Willi Toisuta adalah nama yang sangat dikenal di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Sebagai Rektor ke-3 UKSW dan pendiri PT Wacana Tata Akademika (Willi Toisuta & Associates), kontribusinya dalam dunia pendidikan tidak bisa dianggap remeh. Namun, lebih dari sekadar prestasi akademis dan administrasi, Willi Toisuta dikenal dengan dedikasinya yang mendalam terhadap kepemimpinan Kristen.
Lahir di Kupang, Timor, Willi Toisuta memulai perjalanan akademisnya di PTPG-KI (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru-Kristen Indonesia), cikal bakal UKSW. Melalui beasiswa dari Gereja Methodist Australia, ia melanjutkan studi di Salatiga dan kembali ke Timor untuk mengajar. Menurut rekannya, Dr. Rui Araujo, Perdana Menteri Timor-Leste, “Keberhasilan saya sebagai pemimpin banyak dipengaruhi oleh pengalaman saya di UKSW. Pak Willi adalah teladan kepemimpinan Kristen yang menginspirasi kami.”
Di bawah kepemimpinan Willi, UKSW menjadi pusat intelektual yang dinamis, memfasilitasi interaksi budaya melalui program seperti Pusat Komunikasi Antar Budaya (PKAB). Willi percaya bahwa universitas harus menjadi “rumah” yang aman untuk diskusi dan pengembangan diri. Ini adalah visi yang memotivasi berbagai kegiatan dan program di kampus, mendorong mahasiswa untuk tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga membentuk karakter dan integritas.
Willi tidak hanya berfokus pada aspek akademis tetapi juga pada pengembangan moralitas di lingkungan kampus. Ia berpendapat bahwa nilai-nilai moral harus diinternalisasi dalam perilaku sehari-hari sivitas akademika, bukan hanya diajarkan di ruang kelas. Testimoni dari Dr. Helder da Costa, Sekretaris Jenderal G7, menyatakan, “Pak Willi mempersiapkan kami untuk menjadi pemimpin dari Provinsi termuda di Indonesia. Kini kami menjadi pemimpin negara termuda di dunia.”
Setelah meraih gelar PhD dari Macquarie University, Australia, Willi kembali ke UKSW dengan semangat baru. Ia memulai program pengajaran Bahasa Indonesia untuk guru-guru di Australia, memperluas pengaruh UKSW dalam pendidikan bahasa dan budaya Indonesia. Program ini menarik perhatian internasional, mengukuhkan UKSW sebagai pusat studi bahasa dan budaya.
Keahlian Willi dalam perencanaan pendidikan terbukti saat UKSW bekerja sama dengan Sydney University dan Pusat Bahasa Kemdikbud untuk mengembangkan program pengajaran Bahasa Indonesia. Ia juga aktif dalam organisasi internasional, seperti Association of Christian Universities and Colleges in Asia (ACUCA) dan United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA). Peranannya dalam konsep “Asianization” mengedepankan kehadiran Kristen dalam pendidikan tinggi di Asia, yang kemudian melahirkan Institute for Advanced Studies for Asian Culture and Theology (IASACT).
Testimoni dari berbagai tokoh dan akademisi menyoroti dampak Willi Toisuta dalam pendidikan. Dr. Rui Araujo menambahkan, “Willi telah menunjukkan bagaimana kepemimpinan Kristen dapat mengubah kehidupan dan memengaruhi banyak orang. Kontribusinya tidak hanya dirasakan di UKSW, tetapi juga di seluruh dunia.”
Setelah masa jabatannya sebagai Rektor, Willi bersama beberapa alumni mendirikan PT Wacana Tata Akademika (WTA), yang berfokus pada pengembangan pendidikan dan pelatihan guru di Papua. WTA juga terlibat dalam proyek-proyek berbasis penelitian dan konsultasi pendidikan. Bersama Yayasan Nusantara Sejati (YNS), yang didirikan bersama (Alm) Matori Abdul Jalil, Willi terlibat dalam pelatihan pendamping masyarakat desa dan program-program pembangunan.
Willi Toisuta telah membuktikan bahwa kepemimpinan Kristen yang visioner dan berintegritas dapat memberikan dampak yang mendalam dan luas. Seperti yang ia katakan, “Menyemai kepemimpinan Kristen bukan hanya tentang mempersiapkan pemimpin masa depan, tetapi juga tentang membangun komunitas yang mampu memecahkan masalah dan menghadapi tantangan dengan hati dan pikiran yang terampil.”
Di akhir perjumpaan ia menambahkan “saya ingin terus melihat banyak pemimpin – pemimpinan nasional yang lahir dari diskusi-diskusi menarik di ruang kelas UKSW, saya tidak ingin itu hanya menjadi kenangan kami yang tua-tua, tetapi UKSW terus dapat memupuk mimpi para mahasiswanya untuk bertumbuh bersama UKSW seperti waktu saya menjejakkan kaki pertama kalinya di UKSW 66 tahun yang lalu”